Rabu, 01 Juli 2009

DAYU GADIS KESEPIAN



Oleh : ST
Kali ini aku mengisahkan pengalaman sex teman kerjaku. Namanya Bengo. Selamat menikmati. Namaku bengo. Aku seorang PNS di sebuah lembaga Pendidikan di Kota G Propinsi B. Saat ini aku sedang berada di dalam kabin pesawat udara Trenggana Air jurasan D - Mataram Lombok. Aku ada tugas kantor ke Mataram. Setelah mendarat di Bandara Seleparang Mataram, aku langsung memesan taxi ke Hotel JK di pantai Senggigi Lombok Barat (nama hotel sengaja aku singkat. Soalnya takut aku kena kasus mirip Prita Mulyasari yang hanya soal curhat via e-mail saja dijerat dengan pasal undang-undang ITE oleh pihak manajemen sebuah rumah sakit di Tanggerang). Singkat cerita, kini aku sedang mengurus administrasi dengan panitia penyelenggara yakni instansi pemerintah pusat Jakarta. Setelah mengurus administrasi, aku mengurus kamar hotel dimana aku akan menginap. Aku mendapat kamar yang strategis yakni menghadap ke pantai dimana pantai Senggigi yang indah terhampar dengan pasirnya yang kelabu sangat mempesona. Setelah membongkar isi koper dan memasukkan semua pakaian ke lemari, aku istrirahat sejenak. Jam 16.00 wita setelah mandi, sesuai jadwal akupun pergi ke ruang pertemuan sebuah hall luas hotel JK yang berbintang 5. Para peseta sudah hampir memenuhi ruangan pertemuan ini. Peserta yang di undang dalam Work Shop ini berjumlah 50 orang dari Indonesia Kawasan Timur dan Tengah. Mataku kelalatan kesana kesini dan...dug jantungku berdebar-debar ketika pandanganku tertuju pada seorang wanita (aku tidak menyebutnya gadis karena aku belum tahu apa dia sudah punya suami apa belum). Wajahnya cantik buanget menurut ukuranku. Kulitnya putih bersih. Rambutnya cukup panjang sampai di bahu dan di ikat ekor kuda. Sosoknya mirip Galih Ratna, itu tuh si bintang senetron kita. Dia pakai pakaian atas coklat muda dan dipadu dengan rok warna hitam. Hm, kalau menirukan slogan iklan berbunyi, "Aapapun makanannya yang penting minumnya..... ". Ya, busana apapun yang dipakai wanita itu kalau sudah cantik bak bidadari pasti cocok. Buru-buru aku mendekatinya dan mepet dibelakangnya. Kebetulan pas aku sampai dibelakang wanita itu, panitia mempersilahkan peserta menempati tempat duduk yang sudah disediakan. Aku pun langsung duduk disampingnya. Dia menoleh kepadaku dan sir darahku berdesir saking manisnya senyum itu. Aku ini lelaki sangat pede. Meski kini usiaku sudah 45 tahun, sisa-sisa ketampananku belumlah pudar. Dimasa muda sebelum berumah tangga, aku dikenal lelaki play boy dan buaya darat. Sampai sekarangpun watak hidung belangku belum hilang. Ditambah lagi wajahku yang tampan dengan tubuh yang atletis selalu membuat para cewek klepek-klepek. Setelah panitia pentelenggara membuka acara dengan segala tetek bengeknya (laporan panitia sambutan pejabat dsbnya. Aku tidak dengar semua itu karena mataku asik meliriki makhluk cantik di sebelahku), kini saat nya panitia menyuruh peserta memperkenalkan namanya dan asal instansi dan daerahnya masing-masing. Nah, ini dia yang kutunggu-tunggu. Aku akan tahu siapa nama wanita ini. Setelah beberapa orang peserta memperkenalkan nama dan asal instansinya, kini tiba giliran sang sasaran idola memperkenalkan dirinya, "Nama saya Ida Ayu SW dari Instansi DP kota K Propinsi B", katanya dengan lembut. Lha wanita ini sedaerah denganku. Wow kebetulan, pasti pendekatannya akan lebih lancar (sudah menjadi naluri kita di Indonesia, kalau ketemu warga se kampung di rantau, kita akan lebih cepat akrab, betul ngga?). Dugaan itu memang benar, aku saangat cepat akrab dengan Dayu (begitu aku memanggilnya). Kamarnya hanya 5 blok dari kamarku. Kami cepat akrab, saat santap malam kita juga 1 meja makan. Kita banyak bicara tentang pekerjaan kita, suasana di daerah asal kita yang ternyata desanya dan desaku bertetangga. Wah. aku benar-benar mabuk deh. Lupa dengan anak istriku yang ketika mengantar ke bandara berpesan agar hati-hati selama tugas dan ke 2 anakku yang minta di beli in oleh-oleh. Lupa deh semuanya oleh manisnya senyum si Dayu. Esok paginya aku bangun jam 6 pagi. Setelah cuci muka dan gosok gigi, aku keluar kamar dan mau jalan-jalan di pantai senggigi. Keadaan pantai di depan hotel masih sepi dan suasana remang-remang. Sedang asik berjalan sambil menggerak-gerakkan lengan melakukan peregangan tiba-tiba ada yang memanggil, "Pak..., Pak Ngurah Bengo tunggu !". Ketika aku menoleh, sirrrrr....darahku langsung berdesir. Sang wanita pujaan yang semalam selalu kulamunkan bahkan ku impikan kini lari-lari ke arahku. "He ! Dayu rupanya" "Ya Pak. Bapak mau kemana?" "Mau jalan-jalan cari udara segar" "Wah kebetulan, saya juga ingin mengenal lingkunga sini" katanya agak manja (hm jadi gemes nuh lihat sifat manjanya. Kami pun berjalan-jalan sepanjang pantai sampai hampir 1 km ke arah selatan, dimana pantainya makin sepi dan dipinggir pantai ini tidak ada Hotel tetapi dipenuhi semak-semak. "Pak kita sudah jauh berjalan nih. Saya sudah capai", kata Dayu terengah-engah. "Jangan khawatir, kalau Dayu capai ntar tak pondong", kataku genit. "Ih Bapak nakal ah", katanya malu-malu dengan wajah bersemu merah. Aku bengong dan terpesona melihat wajahnya saat seperti itu. "Pak! Kok bengong sih?" "E...e..e, anu...Dayu pagi ini cantik sekali" kataku penuh rayuan. "Ih Bapak, saya kan belum mandi" "Wah, belum mandi aja sudah sangat cantik apalagi kalau sudah mandi...ck, ck, ck !" "Ih Bapak ini...." katanya lalu lengan kiriku dicubitnya. Kemudian dia duduk di pasir. Aku pun menghampirinya dan duduk disampingnya. Kami banyak berbicara tentang diri kami. Aku jujur saja kepadanya bahwa aku sudah berumah tangga. Demikian juga Dayu, dia jujur menceritakan siapa dirinya dan keluarganya dsbnya. Ternyata Dayu adalah anak tunggal. Dia belum punya pacar padahal gadis se usia dia yang baru berumur 22 tahun sudah pada asik berpacaran. Ketika kutanya soal belum punya pacaran, dia bilang 5 bulan yang lalu pernah punya pacar, tapi bapaknya ga setuju dengan pasangannya. Ayah Dayu ini ternyata orang kolot dan fanatik dengan tradisi kuno. Sementera Ibunya tidak bisa bilang apa karena takut dengan suaminya yang sangat galak. Sampai kini Dayu belum juga punya pacar. Selama menceritakan keadaan dirinya, Dayu sangat sedih sampai menitikkan air matanya. Kesempatan ini aku gunakan untuk memeluk pundaknya, "Sabar ya Dayu, semua sudah digariskan oleh yang di atas. Kalau saatnya tiba, percayalah Dayu akan ketemu dengan lelaki yang menjadi jodohnya". Lalu aku belai rambutnya dan dengan nekat ku usap air matanya. "Aduh Pak, terimakasih ya Bapak baik sekali. Kalau saja saya punya ayah sebaik Bapak, Ooo saya pasti bahagia", katanya sambil menengadah. Saat wajahnya yang cantik luar biasa itu menengadah, aku dekatkan bibiku ke bibirnya (kayak berjudi aja nih, kalau beruntung dia akan diam pasrah, kalau tidak paling sial wajahku ditamparnya) dan...,dug dug dug jantungku berdebar keras karena Dayu malah memejamkan matanya. Wow asiik, langsung aja bibirku mengarah ke bibir Dayu yang bentuknya indah itu dan......, Cuuuup..., mmhhhh....mmmmmm. Bibir kami pun saling pagut, saling isap , lidah kami saling belit. Wah enak buanget, lembut, panas. Sebagai lelaki yang sudah banyak meniduri wanita aku tahu Dayu ini ibaratnya orang sedang kehausan. Haus dari belaian lelaki. Apalagi beberapa bulan yang lalu putus cinta. Pasti sangat kesepian. Pantai ini sangat sepi, cuaca masih remang-remang. Aku rebahkan tubuh Dayu ke pasir. Bibir kami masih saling pagut kian seru. Setelah rebah dipasir, wajahku ku arahkan ke lehernya yang putuh mulus. Kumiskan yang tebal menggesek-gesek kulit lehernya yang halus itu. Itulah salah satu dari bagian tubuh wanita yang paling peka. Kalau diseruduk, wanita akan cepat bangkit nafsu berahinya. Dan memang begutlah kenyataan. Tubuh Dayu menggelinjang-gelinjang bagai cacing kepanasan disinari matahari di atas pasir. Mengelinjang ke kanan dan kekiri. Lidahku menjikat-jilat sepanjang leher, bawah dagu dan ketika bibirku mengisap belakang telinganya, Dayu menjerit dan merintih. Ini pertanda seorang wanita sudah tidak dapat lagi menahan birahinya. Aku buka baju kaosnya. Dia pasrah saja sambil memejamkan matanya. Meskipun payudaranya masih ditutupi bra berwarna pink, aku sudah tau berapa ukurannya. Tanganku melanjutkan kerjanya, aku buka branya dan plong, tersembulah buah dadanya. Wow, indah sekali seperti gunung Renjani. Ukurannya proporsional, tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Ukuran buah dada yang menjadi paforitku. Bibirku langsung saja mengisap puting buah dadanya yang sebelah kiri yang berwarna merah muda dan berdiri tegak pertanda berahi. Sementara tangan kananku meramas-remas buah dadanya yang sebelah kanan. Karuan saja tubuh Dayu kian belingsatan dan rintihannya kian menyayat antara mau menangis dan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Setelah main dibagian dada, kini bibirku menelusuri kebawah ke bagian perut. Kujilati perutnya yang sangat mulus. Tak lupa ujung lidahku mengorek-ngorek lubang pusarnya. Tentu saja perbuatanku ini membuat tubuh Dayu kian melenting-lenting. Kutoleh keadaan pantai ke kiri dan ke kanan. Masih sepi, LANJUTKAN ! (kayak slogan salah satu Capres aja). Aku tarik celana training biru yang dipakainya sampai lepas. Tapi sepatu olahraganya masih kubiarkan terpakai. Waw, berkali-kali aku dibuat terpesona. Kini dihadanku terpempang tubuh gadis cantik yang hanya pakai CD aja. CDnya berwarna merah muda. Disela-sela CDnya dibagian belahan pepeknya terlihat bundaran basah. Ah dia sudah becek. Aku suka ini. Tanpa membuka CDnya, mulutku langsung saja menyruduk bagian basah di CDnya itu dan bibirku ku gosok-gosokan pada belahan basah itu. "Aaaawwww..,oooohhh....pak...ah...ah...ah!", terdengar jeritan Dayu saking gelinya. Aku tak perduli dengan teriakkannya. Justru teriakan itu membuat aku semakin bernafsu saja. Pantat Dayu sampai terangkat-angkat selama bibirku menyeruduk selangkangannya. Puas mempermainkan perasaannya, aku kemudian menarik ke bawah CDnya yang sudah sangat basah itu. Dan waw, lagi-lagi aku berteriak di dalam hatiku. Pemandangan didepanku sungguh sangat indah. Pepeknya berkulit putih bersih. Bulu pepeknya tidak terlalu lebat, belahannya agak kemerah-merahan (mungkin karena terlalu lama aku sruduk tadi). Dari belahan vaginanyaada cairan agak bening mengalir keluar (hm, ini pertanda birahinya sudah klimaks). Kudekatkan wajahku ke belahan pepeknya. Dengan kedua jari telunjuk kanan dan kiri, kukuakkan belahan pepeknya. Tampak lubang vaginanya masih sempit. Dari lubang itu masih nampak cairan bening mengalir (artinya fore play yang aku lakukan terhadap Dayu sangat sukses). Ujung lidahku kemudiah mulai menjilati belahan pepeknya (aku sedikitpun tidak jijik. Apalagi pepek ini milik gadis yang sangat cantik). Tubuh Dayu semakin berkelejotan saja, apalagi ketika ujung lidahku mengutil-util sebiji kacang yang kemerahan sedang berdiri tegang dibagian atas lipatan pepeknya. Kontan saja Dayu berteriak isteris dan pantatnya semakin keatas dan tanpa sadar paha Dayu menjepit kepalaku. Kepala Dayu menggeleng ke kiri dan ke kanan. Ketua telapak tangannya menjambak-jambak rambutku. Rintihannya semakin menyayat antara tangis dan jeritan (sungguh sulit kulukisan keadaan Dayu saat puncak birahi itu). Rambutnya awut-awutan karena ikatan rambut ekor kudanya sudah terlepas karena kepala itu selalu bergoyang kekiri, kekanan bahkan memutar saking tak kuatnya menahan nafsu berahinya. Saat itulah aku merasakan semprotan cairan bening yang sangat deras ke bibirku. "Bapaaaaakkk!", teriaknya. Ah Dayu sudah orgasme. Aku rasakan bibirku penuh cairan pepek Dayu. Agak asin sedikit amis. Tapi aku tidak perduli, langsung saja aku telan. Sementara Dayu tergolek di atas pasir dalam keadaan telanjang bulat. Wow, indahnya pemandangan ini. Bagaikan lukisan gadis cantik di atas pasir. Matanya terpejam dan bibirnya yang indah itu terkatup. Sementara aku belum apa-apa. Aku belum orgasme. Bahkan pakaianku pun belum kubuka. Biarlah, dalam berdinta aku memang seperti ini. Aku tidak ingin langsung tembak keluar sendiri dan cuek dengan keadaan pasangan sex ku. Aku selalu ingin memuaskan mereka sampai orgasme. Bila perlu aku ingin buat lawan sex ku orgasme berkali-kali sebelum aku menyusuk orgasme. Dengan cara ini para wanita dan gadis yang kutiduri pasti akan ketagihan dan selalu merindukan aku. Kudekati wajahku ke selangkangan Dayu, lalu dengan kedua telunjuk kanan dan kiriku, belahan pepek Dayu yang masih becek itu aku kuakkan. Mataku kutujukan ke lubang vaginanya. Saat itu cuaca mulai terang dan sinar matahari menyinari lubang vaginanya. Hm, masih gadis gumamku. Ya Dayu masih perawan. Hal ini ketahui dari selaput daranya yang masih utuh. "Yuk bangun. Pantai mulai ramai. Pakai pakaiannya dan mari kembali ke Hotel" ajakku sambil mengguncang tubuhnya. Setelah memakai pakaiannya, aku menggendeng mesra Dayu kembali ke Hotel. Hm, "olahraga" yang sangat seru di Pantai Senggigi. Saat pelajaran di Aula, aku tidak bisa konsentrasi mendengar nara sumber memberikan materi. Aku masih terbayang kejadian asik di pantai tadi. "Ih Bapak kok melamun dari tadi sih? Lagi mikirin istrinya di rumah ya?" bisik Dayu disampingkau yang membuat aku tersentak. Ada nada cemburu saat mengatakan Dayu mengucapkan "lagi mikirin istri di rumah" (diam-diam aku bangga, hm gadis disebelahku ini sudah takluk kepadaku. Kini tinggal selangkah lagi biar tuntas). "Nggak, justru sedang memikirkan bidadari cantik disampingku", rayuku. "Ih..., dasar!", katanya sambil mencubit lengan kiriku. "Ssst! CDnya sudah dicuci belum", godaku. "Ih! Apaan Bapak ini!" katanya sambil mencubitku makin keras. Malamnya sehabis pelajaran di kelas dan setalah santap malam, aku duduk-duduk sendiri di Kamarku sambil nonton TV (ohya, nampaknya anggaran kegiatan ini cukup besar, buktinya setiap peserta menempati 1 kamar seorang diri. Padahal ini Hotel bintang 4 lho. Jarang-jarang mendapat fasilitas seperti ini). Hm, tak telepon Dayu nih. Sedang apa ya gadis itu. Kupencet nomor HPnya dan.... "Hai sayang, lagi ngapain?", bisikku sangat mesra. "He! Ini Bapak ya. Saya lagi nonton TV. Bapak lagi ngapain?", tanyanya lembut. "Lagi...nglamun", kataku. "Ha? Nglamunin Istrinya ya?", katanya dengan nada suara kurang enak. "Nggak! Lagi nglamunin gadis yang sedang Pak telepon, rayuku. "Ih! Gombal!" "Sumpah!" "Ihhh....Bapak" katanya sangat manja. "Sayang, ntar sekitar jam 1o malam aku ke kamarnya ya. "Iiiiiih, Bapak ini genit ah!" "Ya. Pak lagi genit, Dayu mau ga garukin?" godaku nakal. "Yeeee..., Bapak ini". "Ok, tunggu saja pak dikamar. Ingat jangan kunci kamaenya ya manis....cup-cup aah!", tanpa kuberi menjawab, HP langsung saja kututup. Kini aku yakin Dayu tentu akan resah di kamarnya menanti ke datanganku. Demikianlah cara aku selama ini menjerat seorang gadis. Apalagi gadis masih hijau dalam dunia cinta seperti Dayu ini. Dijamin saat ini sedang klepek-klepek bergulingan di kasurnya dan tidak akan bisa tidur. Tadi sewaktu bermesraan di pantai, sengaja aku tidak tuntaskan dengan hubungan kelamin. Karena aku ingin membuat dia penasaran dan ketagihan. Sebab puncak birahi dari insan yang lagi bercinta pastilah persetubuhan. Selama pelajaran di kelas dari pagi sampai sore, matanya selalu memandang sayu kepadaku. Pandangan mata yang punuh misteri. Di mata itu terkandung rasa terima kasih karena sudah terpuaskan birahinya. Ada juga terkandung rasa ingin mengukangi, rasa ketagihan, ingin dituntaskan dengan penyatuan kelamin kami. Ada rasa cinta, yah campur baurlah semua rasa bernuansa ingin selalu menyatukan diri jiwa raga. Sabar sayang, tunggu ya akan kubuat kamu sampai puaaaaaasss. Tak terasa jam tanganku sudah menujukkan jam 10 malam. Aku bergegas keluar kamar. Kutoleh kanan dan kiri, jam segini Hotel ini sudah sepi. Semua penghuninya ada di kamarnya masing-masing. Beda betul dengan suasana Pantai Kuta di Bali, jam segini pasti ramai bahkan makin malam menjelang pagi pengunjung makin membludak saja. Ya, di Pantai Kuta Bali kehidupan justru dimulai pada malam hari sampai menjelang subuh. Aku sudah sampai di depan kamar Dayu. Sengaja aku tidak hubungi via HP. Hal ini akan membuat dia makin resah menunggu. Makin penasaran, makin rindu...., rindu pingin di...garuk. Kuketok kamarnya pelan-pelan. Terdengar suara langkah kaki tergesa-gesa (hm, sudah tidak sabar rupanya dia) dan..., pintu kamar pun terbuka. Wow, sang bidadari berdiri dengan anggunnya di depanku. Kali ini dia pakai pakian atasan berlengan pendek sehingga nampak ketiaknya putih bersih sedikitpun tak berbuli. Baju lehernyasetengah lingkaran tanpa kerah, Bahan bajunya dari kain halus tipis warna merah. Samar-samar terlihat branya warna putih. Sementara bawahannya dia hanya mengenakan celana jean sangat pendek sampai dekat sekali dengan..hm..hm..apalagi pinggiran lingkaran kaki celana jeannya itu berumbai-bai, sungguh gadis yang sangat modis dan jelita sekali. Pahanya sangat putih, mengkilap segar dan bercahaya. Bentuknya sangat indah, rasanya bintang sinetron ternamapun pasti kalah cantiknya. Aku menelan ludah berkali-kali. "Ih Bapak ini, kok malah bengong? Masuk dong!" "Ya...ya...ya", wah kamu cantik sekali manisku", setelah dia menutup pintu dan saat kembali ke kamar, aku ikuti dia dari belakang. Tiba-tiba aku sergap tubuhnya dari belakang dan langsung kubopong ke tempat tidur. Dayu menjerit-jerit saat kubopong ke tempat tidur. "He-eh-eh..., manis ini janjiku tadi di pantai untuk membopongmu hehehe!" "Ih, Bapak membuat saya kadet saja", protesnya. Kurebahkan tubuhnya di kasur dan....cuuuppp....mhhhhhh....mmmmmm!", bibir kami sudah saling pagut seru sekali. Setelah puas saling isap dan sedot bibir, jilatanku kuarahkan ke lehernya, kebelakang telinganya, ketengkuknya. Terdengar disisannya persis seperti orang kepedasan habis makan sambal cabai. "Sssshh, ohhhh, aaaahhhh", sekali-kali diselingi pekikan manja penuh birahi saat aku gigit lehernya. Puas dibagian itu, bibirku menjilat ke bawah. Agar lebih leluasa, aku buka buka saja bajunya sekalian BHnya. Seperti juga di pantai tadi, gundukan gunung kembarnya menjadi sasaran bibirku, menyusui, menjilat, menggigit sampai Dayu menjerit dan mendesah. Setelah mengekploitasi buah dadanya, kulanjutkan ke perut dan pusarnya. Lagi-lagi perbuatanku ini membuat dia blingsatan kayak cacing kepanasan. Telujukku menyusup ke celah-celah celana pendeknya dan ku util-util belahan pepeknya meskipun masih terhalang oleh CDnya. Perbuatanku ini membuat Dayu makin menjerit sejadi-jadinya dan aku rasakan ujung jari telunjuk kananku sudah basah. Hm, sudah keluar nih pikirku. Selanjutnya, aku buka Celana pendeknya sekalian CDnya yang sudah becek. Diterangi lampu remang-remang meja hotel kuliahy pepeknya sudah becek. Belahan pepeknya kemerahan karena telunjukku yang nakal terus menggaruknya. Bulu pepeknya yang tipis sangat kacau persis rambut kepala di acak-acak. Aku kuakkan belahan pepeknya dan....lidahku sudah menari-nari di sepanjang belahan pepeknya yang merah itu. Ujung lidahku menjilat dari atas, kemudian balik ke bawah. Kesamping kanan dan kiri. Pantat Dayu sudah terangkat ke atas saking geli pepeknya kuperlakukan seperti itu. "Aaaaaaaawwwwwww!", teriaknya sangat keras ketika ujung lidahku yang kaku meng util-util kelentitnya. Benda ini adalah pusat paling geli di kelamin wanita selain GSpotnya. Bersamaan dengan teriakannya, pahanya menjepit kepalaku dan jari-jemari tangannya meremasi rambutku. Creeet! Cret! Cret! kurasakan kumisku berlepotan cairan bening yang nyemprot dari lubang vaginanya Dayu. "Pak..., saya...., saya...sudah keluar!", katanya terengah-engah. Wow, sebagai lelaki pemuas wanita, kata-kata seperti itu sangat membanggakan aku. Aku merasa sangat jantan karena sudah dapat meng "KO" seorang gadis. "Ini belum apa-apa sayang", kataku bangga. "Tapi...tapi..., saya lemas Pak", katanya lirih. "Ya, kita istirahat sebentar", aku beri dia istirahat sebentar. Aku mememeluk tubuh telanjangnya. Kira-kira sekitar 15 menit, aku membuka semua pakaianku karena saat fore play tadi aku belum sempat membuka pakaianku. Kontolku yang panjangnya sekitar 18 cm mengacung kaku. Ujungnya Botak dan mengkilat berwarna merah tua. "Ihhh!", kudengar jeritan Dayu sambil menutup matanya. Aku tersenyum bangga, sebab ini sebagai pertanda gadis ini benar-benar belum pernah di apa-apakan oleh seorang lelaki. Habis melihat kelamin ku aja sudah menjerit. Mungkin ini pertama kalinya dia melihat pria telanjang bulat di hadapannya. Dan saat ini baru pertama kalinya dia melihat kelamin lawan jenisnya. Aku makin bangga saja, jantungku semakin berdebar-debar saja. Kukukocokkan kontolku sehingga semakin kaku saja. Kemudian aku genggam batang kontolku dan ku bimbing kebelahan paginanya. Ketika Ujung kontolku yang botak ini menyentuh belahan pepek Dayu, ku gerakkan ke atas dan kebawah sambil sedikit kutekan. Pikiran nakalku kemudian mengarahkan ujung kontolku ke kelentitnya yang berdiri. Spontan aja Dayu menjerit pertanda kegelian. "Aaaaw! Pak jangan permainkan perasaan saya. Ooh!" keluhnya. Ok, ujung kontolku semakin kutekan ke lubang pepeknya. Lubang pepek yang masih becek itu memudahkan kontolku melakukan penetrasi dan....JROOOOOSSSSS! Bersamaan pekikan yang keluar dari bibir Dayu, aku rasakan ujung kontolku menembus semacam lapisan tipis agak berlubang dibeberapa tempatnya. Hm, selaput daranya sudah berhasil kurobek, horee! akulah yang berhasil memerawani gadis cantik ini. Wow bangganya. Setelah menarik napas sejenak aku lanjutkan usahaku untuk memasukkan seluruh batang kelaminku ke dalam vagina Dayu. Dan, setelah usaha yang cukup menguras keringat, seluruh batang kontolku sudah tertelan oleh vagina Dayu. Setelah menaruk napas lau kuayunkan pinggangku maju mundur Cret...! cret...! cret...! "Ah, oh!". Suara kamar ini diramaikan oleh desahan dan jeritan kenikmatan dari Dayu. Semua pengalamanku menyetubuhi berbagai wanita dan gadis-gadis kutumpahkan disini. Berbagai gaya aku keluarkan disini, 69, Doggy Style, gaya miring, gendong dsbnya. Setiap aku merubah gaya selalu membuat Dayu terpekik-pekik dan terbelalak-belalak. Selama hubungan kelamin ini terjadi, aku selingi dengan ciuman dan lumatan pada bibir yang indah dari gadis ini. Jilatan dileher yang putih mulus dan jenjang, Isapan dibelakang telinga, isapan di payudara, remasan, plintiran di puting susu, garukan ujung jariku di duburnya. Perlakuanku yang luar biasa ini membuat Dayu sudah 3 kali orgasme. Sedangkan aku masih belum apa-apa. "Ampuun Pak! Aduh Pak, Saya nyerah!", begitu ucapnya disela rintihan dan desahan nikmatnya. Hm, kini saatnya aku tuntaskan permainan ini. Aku rebahkan tubuh Dayu ke Kasur. Aku buka lebar-lebar selangkangannya. Ku naikkan kedua kaki kiri dan kanan Dayu ke pundakku. Ini posisi pamungkas permainan ini. Kugerakkan pinggangku maju mundur dengan cepat...cret-cret-cret, terdengar suara beradunya batang kontolku dengan Vagina Dayu. Suara itu timbul karena lubang pepek Dayu sangat becek cairan orgasmenya memenuhi lubang itu. "Oh...pak, saya...saya mau keluar lagi!", teriaknya. "Aku juga sayang...!", dan kurasakan ujung kontolku disiram air. Ah Dayu sudah orgasme. Maka aku pun tidak menahan lagi dan....creeet! creeet! creeet! Uh banyak sekali spermaku keluar. Kutumpahkan saja di dalam rahimnya. Persetanlah, apa gadis (eh sudah ga gadis lagi) mau hamil atau gimana. Que sera-sera lah. Batang kontolku terasa di urut-urut dan diremas-remas oleh Lubang vaginanya Dayu. Waw, nikmat buanget. Inilah bedanya menyetubuhi gadis dengan menyutubuhi perempuan yang sudah banyak ditiduri lelaki atau istri orang. Rasanya seret dan sempit. Kalau wanita yang sudah sering ditiduri lelaki tentu saja otot vaginanya sudah kendor, mana mampu meremas-remas seperti punyanya Dayu. Setelah semua spermaku tertumpah ke dalam vagina gadis ini, aku pun turun dari tubuhnya dan bergelimpangan di samping tubuhnya. "Bagaimana manis, puas ga?", tanyaku. Dayu memalingkan wajahnya kearah lain. Hm, sudah dol masih juga malu-malu. Aku jadi gemes dibuatnya. Langsung saja kuarik kepalnya dan cuuuup...mmmmmmmhh..hhhhh kukulum dan keisap bibirnya sampai dia gelagapan. Malam itu kami mengulangi perbuatan mesra itu berkali-kali (kalau ga salah sampai 5 kali hingga menjelang subuh. Jam 4 pagi aku kembali ke kamarku. Kutinggalkan Dayu dalam keadaan telanjang bulat. Dia tidur sangat kelelahan). Pagi ketika jam pelajaran dimulai jam 9, kulihat wajah Dayu sangat pucat pasi. Namun demikian, dasar cantik apapun kondisinya tetap saja cantik. Ketika duduk berdampingan di kelas kubisikkan ketelinganya, "Sayang, ada yang kaku di selangkanganku". "Ih Bapak, nanti di dengar orang", katanya sambil mencubit pinggangku. Demikianlah, selama 4 hari work shop, kami selalu melakukan setiap malam. Kini gadis eh, Dayu makin ketagihan saja untuk berbuat itu denganku. Pulang Ke B, setiap hari dia selalu menghubungiku, baik di sms atau di telepon langsun. "Begini aja sayang, jumat depan kan kantor tutup jam 1 siang, bagaimana kalau yayang kujemput saja. Kita menginap di Bdgl. Bdgl adalah tempat wisata terkenal yang ada danaunya. Di pinggir danau itu banyak sekali villa-villa. Aku akan ajak dia nginap disana sampai minggu sore. Dia ragu-ragu dengan alasan ayahnya sangat galak dan otoriter. "Ah kamu terlalu jujur sayang. Bilang saja ada workshop lanjutan dilaksanakan di Bdgl. Aku punya teman di Propinsi, nanti ku atur, dan akan kusuruh dia membuat surat panggilan dengan disertai cap lembaga", jelasku panjang lebar. "Lalu bagaimana tanda tangan pejabatnya?", katanya ragu-ragu. "Hehehe, tenang saja manisku, serahkan saja semua itu kepadaku. Rebes eh, beres. Nanti tanda tangannya tak palsu", bisikku. "Ih, dasar palsu!", ejeknya. "Biar palsu, tapi kamu senang kan sayang?" "Weee...weee!", kalau dia sudah berkata seperti itu aku selalu gemas dibuatnya. "Awas ya tunggu ya!", Ancamku pura-pura. "Awas apa?" "Awas ketemu, kamu tak gigit". "Hi-hik, gigit? apanya digigit?" "Itu tuh yang membuat kamu menjerit-jerit sampai meremas rambutku. Ingat ga waktu di Lombok itu?". "Weeee, ga takut!". "Jelas ga taku, kan kamu ketagihan?" "Weeee...!" hm HP dimatikan. Awas ya kamu sayang. Aku jadi ga sabaran. Ingin waktu berputar cepat agar segera Jumat sore. Sementara Kontolku dari sudah ngeceng pingin cari sasaran tembak. Sabar ya gus, jumat sore kamu tak kasih sasaran tembak kataku sambil meremas-remas kontolku. Demikianlah kisah asmaraku dengan Dayu. Wow, aku sudah sering berselingkuh. Inilah wanita tercantik yang pernak kutiduri. Ah, aku sudah ga sabar lagi. Tunggu ya sayang. Para Pembaca, demikianlah pengalaman temanku ketika mengikuti workshop di Pulau Lombok. Sampai disini dulu ya. Soalnya....aku mau ngintip mereka selingkuh ah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar